MUQODDIMAH KITA
bayangmu larut dalam mimpi
suatu malam, di keheningan angin
desau dedaunan merasuki nafasku
menghempaskan kesunyian
melontarkan aroma surga.
kerlip bintang di sana
jadi teman kesunyian jiwa
mengatur lagi kepingan langkah
menyatukan segala indah
jadi pigura utuh dan bermakna
dan bercerita tentang kita.
desahan angin bawakan kerinduan
persahabatan yang terbenam
dan tertidur di pelukan mentari
sekedar berharap untuk bersua
mengingat semua kisah yang tertulis
di ribuan lagu-lagu manis.
desau daun dan desah angin
ada kangen yang mulai menguning
bandar lampung, 31 januari 2007
CATATAN SEBELUM SUA... .
kudendangkan lagi lagu-lagu kita
kisah pengorbanan yang terus merayu
tuk di cairkan dalam sebuah temu.
serpihan demi serpihan kenangan
kukumpulkan dalam antologi debaran
disana nanti dapat kau baca;
tentang raja, tentang kita
tentang langit yang terus membiru
tentang mataharimu yang terus memancar
tentang kekuatan kesunyian
tentang ketinggian kasih kelkhlasan
tentang ribuan cinta tanpa bunga
atau tentang ruh yang berlari
mencari dirinya sendiri.
aku sangat menantikan saat itu
sekedar mengulang atau mengenang
sambil belajar melanglah di jalan-jalan baru
di senja ini masih ada misteri yang kau simpan
sedang di senja ini aku di paksa menuliskan
merangkumnya jadi satu antologi
dan kita baca bersama sebelum mati.
keindahan itu, sahabat
dulu kau ajarkan padaku
lewat bahasa tetesan embun pada batu
sebelum kau pergi aku masih membisu
dan dalam perpisahan mulai kupahami
keindahan itu haqiqatnya satu
meski kualami beraneka
dari dhuha ke senja.
keindahan itu sepenuh zhahir
keindahan itu sepenuh bathin
di puncaki ikhlas dan cinta
di semai di tanah-tanah, di mana-mana
dan di hatiku, di kehidupanku
hingga aku serasa engkau
dan engkau serasa aku.
sudahlah, ini tlah di putuskan
menanti saja waktu yang diridhai Tuhan
suatu hari nanti, kawan
semua akan kita katakan
semua akan kita renungkan
dan nanti, ya nanti...
semua akan kita simpulkan
di keheningan Mahacinta.
kudendangkan lagi lagu-lagu kita
kisah pengorbanan yang terus merayu
tuk di cairkan dalam sebuah temu.
serpihan demi serpihan kenangan
kukumpulkan dalam antologi debaran
disana nanti dapat kau baca;
tentang raja, tentang kita
tentang langit yang terus membiru
tentang mataharimu yang terus memancar
tentang kekuatan kesunyian
tentang ketinggian kasih kelkhlasan
tentang ribuan cinta tanpa bunga
atau tentang ruh yang berlari
mencari dirinya sendiri.
aku sangat menantikan saat itu
sekedar mengulang atau mengenang
sambil belajar melanglah di jalan-jalan baru
di senja ini masih ada misteri yang kau simpan
sedang di senja ini aku di paksa menuliskan
merangkumnya jadi satu antologi
dan kita baca bersama sebelum mati.
keindahan itu, sahabat
dulu kau ajarkan padaku
lewat bahasa tetesan embun pada batu
sebelum kau pergi aku masih membisu
dan dalam perpisahan mulai kupahami
keindahan itu haqiqatnya satu
meski kualami beraneka
dari dhuha ke senja.
keindahan itu sepenuh zhahir
keindahan itu sepenuh bathin
di puncaki ikhlas dan cinta
di semai di tanah-tanah, di mana-mana
dan di hatiku, di kehidupanku
hingga aku serasa engkau
dan engkau serasa aku.
sudahlah, ini tlah di putuskan
menanti saja waktu yang diridhai Tuhan
suatu hari nanti, kawan
semua akan kita katakan
semua akan kita renungkan
dan nanti, ya nanti...
semua akan kita simpulkan
di keheningan Mahacinta.
aku merindukanmu, sahabat.
engkau terindah yang pernah kukenal, tak pernah kulihat rona kesedihan di wajahmu. tak pernah kulihat sorot kemurkaan dimatamu. yang ada hanya ketulusan, yang ada hanya keakraban, yang ada hanya keceriaan.
demikian engkau apa adanya. tak ada keburukan dalam kisah hidupmu, yang ada cuma keindahan sarat pesona. hari-harimu senantiasa sarat makna, penuh motivasi. betapa inginnya aku merasakan yang engkau rasakan, fikirkan. dalam gerak dan diammu yang ada cuma keindahan. dan kata tak mampu mengungkap segala tentangmu.
tulisan ini pun belumlah apa-apa untuk menguraikan segala tentangmu. namun meski segala indah pesona ada di dirimu, aku tak pernah ingin menjadi dirimu, kerna aku merasa nyaman dengan diriku sendiri. aku tetaplah aku, gunawan. aku bukan kamu, kamu bukan aku, dan aku bahagia menjadi diriku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar