PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG PULAU JAWA
YANG MENELAN SEGENAP CINTA TANPA SISA
TERKADANG SEMUANYA TETAP MENGENANGKANKU
WALAU TLAH KUCOBA UNTUK SETEGAR BATU
DAN INI PANTAI MASIH SEPERTI DAHULU
MASIH MAMPU MENOREH KEMBALI HATIKU
UNTUK MI'RAJ KE MASALALU.
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG BIRU SAMUDRA
DIMANA BAHTERA ITU MESTI KARAM JUA
ADAKAH SEMUA ITU CUMA KARENA HARTA
ADAKAH SEMUA ITU CUMA UNTUK RUPA
APAKAH CINTA HANYA BISA DIMILIKI
MEREKA YANG RUPAWAN DAN BERLIMPAH MATERI
LALU UNTUK APA CINTA KAU NYALAKAN
MEMBAKAR NURANI DAN HATI
JADI SUGESTI TANPA KATA MATI.
INIKAH AKHIR JANJI MATAHARI?!
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG BULAN
YANG CAHAYA PUTIH KEPERAKANNYA HAMPIR TERBENAM
BULAN YANG DULU SELALU JADI SAKSI
BULAN YANG DULU MENGERTI CINTA SEJATI
BULAN YANG IKUT BERMUNAJAT
HARUSKAH KINI MENJADI HUJAT
HARUSKAH KINI MENJADI TERLAKNAT
MATAHARI TERBENAM KINI
MENYISAKAN JANJI YANG TAK TERTEPATI
MENYIKAPI MIMPI YANG TINGGAL MIMPI
SELURUH JIWA RAGA TERPASUNG HARI INI
DEMI KESAKSIAN UMMI ARTI.
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANGMU
SEAKAN KEMATIAN MEMBURU
MELEMAHKAN QALBU.
"apa yang abi lamunkan
bukankah azna adalah tujuan
apa yang abi harapkan
bukankah mimpi rini diarita ikut tenggelam
apa yang abi fikirkan
bukankah ummi telah lama ikut terbakar
apa yang abi inginkan
bukankah materi telah abi dapatkan
apa yang abi bandingkan
bukankah abi kini sungguh rupawan
apa yang abi sesalkan
bukankah matahari telah tenggelam
apa yang abi takutkan
bukankah bumi Alloh tak selebar tapak tangan
apa yang abi dambakan
bukankah wanita dan cinta kini mudah abi dapatkan
apa yang abi dendangkan
bukankah syair-syair telah lama abi haramkan
apa yang abi sangsikan
bukankah azna lahir penuh pengabdian"
AZNA KECIL MEROBEK MIMPI-MIMPIKU MALAM INI
SEBENARNYA LIDAHNYA ADALAH KEBENARAN
HANYA ENGGAN UNTUK KU AKALKAN.
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG MALAM
MANAKALA KUSADARI DAN KINI KURASAKAN
REALITA TAK SAMA DENGAN CITA-CITA.
bandarlampung, february 1999
*Gicika 2006 adalah sebuah curahan hati, saat mana saya sebagai penyair itu sendiri hidup di tahun tersebut, duduk di sebuah pantai di kuala panjang. bersama seorang nazari yang bernama aznantini, sayalah abi dalam puisi, kepada ummi arti, semoga puisi ini jadi teguran kecil, bahwa luka dalam cinta, apalagi cinta pertama, sekecil apapun ia tetaplah berbekas dan tak mungkin dapat di lupakan, apalagi di padamkan, selain jika maut yang akhirnya jadi lantaran, tolong kau camkan itu, kasih...
YANG MENELAN SEGENAP CINTA TANPA SISA
TERKADANG SEMUANYA TETAP MENGENANGKANKU
WALAU TLAH KUCOBA UNTUK SETEGAR BATU
DAN INI PANTAI MASIH SEPERTI DAHULU
MASIH MAMPU MENOREH KEMBALI HATIKU
UNTUK MI'RAJ KE MASALALU.
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG BIRU SAMUDRA
DIMANA BAHTERA ITU MESTI KARAM JUA
ADAKAH SEMUA ITU CUMA KARENA HARTA
ADAKAH SEMUA ITU CUMA UNTUK RUPA
APAKAH CINTA HANYA BISA DIMILIKI
MEREKA YANG RUPAWAN DAN BERLIMPAH MATERI
LALU UNTUK APA CINTA KAU NYALAKAN
MEMBAKAR NURANI DAN HATI
JADI SUGESTI TANPA KATA MATI.
INIKAH AKHIR JANJI MATAHARI?!
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG BULAN
YANG CAHAYA PUTIH KEPERAKANNYA HAMPIR TERBENAM
BULAN YANG DULU SELALU JADI SAKSI
BULAN YANG DULU MENGERTI CINTA SEJATI
BULAN YANG IKUT BERMUNAJAT
HARUSKAH KINI MENJADI HUJAT
HARUSKAH KINI MENJADI TERLAKNAT
MATAHARI TERBENAM KINI
MENYISAKAN JANJI YANG TAK TERTEPATI
MENYIKAPI MIMPI YANG TINGGAL MIMPI
SELURUH JIWA RAGA TERPASUNG HARI INI
DEMI KESAKSIAN UMMI ARTI.
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANGMU
SEAKAN KEMATIAN MEMBURU
MELEMAHKAN QALBU.
"apa yang abi lamunkan
bukankah azna adalah tujuan
apa yang abi harapkan
bukankah mimpi rini diarita ikut tenggelam
apa yang abi fikirkan
bukankah ummi telah lama ikut terbakar
apa yang abi inginkan
bukankah materi telah abi dapatkan
apa yang abi bandingkan
bukankah abi kini sungguh rupawan
apa yang abi sesalkan
bukankah matahari telah tenggelam
apa yang abi takutkan
bukankah bumi Alloh tak selebar tapak tangan
apa yang abi dambakan
bukankah wanita dan cinta kini mudah abi dapatkan
apa yang abi dendangkan
bukankah syair-syair telah lama abi haramkan
apa yang abi sangsikan
bukankah azna lahir penuh pengabdian"
AZNA KECIL MEROBEK MIMPI-MIMPIKU MALAM INI
SEBENARNYA LIDAHNYA ADALAH KEBENARAN
HANYA ENGGAN UNTUK KU AKALKAN.
PANDANGAN INI HAMPA MEMANDANG MALAM
MANAKALA KUSADARI DAN KINI KURASAKAN
REALITA TAK SAMA DENGAN CITA-CITA.
bandarlampung, february 1999
*Gicika 2006 adalah sebuah curahan hati, saat mana saya sebagai penyair itu sendiri hidup di tahun tersebut, duduk di sebuah pantai di kuala panjang. bersama seorang nazari yang bernama aznantini, sayalah abi dalam puisi, kepada ummi arti, semoga puisi ini jadi teguran kecil, bahwa luka dalam cinta, apalagi cinta pertama, sekecil apapun ia tetaplah berbekas dan tak mungkin dapat di lupakan, apalagi di padamkan, selain jika maut yang akhirnya jadi lantaran, tolong kau camkan itu, kasih...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar