Mozilla firefox telah kututup, otomatis aku offline dari
dunia maya bernama facebook setelah meluangkan waktu melike back teman-teman di
facebook yang telah mampir likenya di status-statusku, kubuka new dokumen.
Menonaktivkan touchpad dan mulai mengetikkan kata demi kata di lembaran putih
microsoft word.
Saat kepala sedang di landa kebuntuan, sementara hati kecil
ingin sekali menulis sesuatu, maka segalanya mulai mengalir begitu saja.
Keluar kata demi kata tanpa arah tujuan, mungkin hanya akan
menjadi satu catatan yang tak pernah di baca siapa pun, karena toh isinya tidak
menarik perhatian.
Kepalaku sendiri sedang terasa sakit, tetapi bukan sakit
pada umumnya yang bila di minumkan paramex setablet langsung hilang, rasanya
ini jenis sakit kepala yang berbeda.
Buah dari sikap bertahan dari tekanan, yang mana dengan
bertahan akan terasa sakit sekali tetapi tak ada kemampuan untuk melawan
apalagi berlari.
Seperti kata-kata yang ada dalam sebuah lagu milik padi “aku
merasa di sudutkan kenyataan”. Mungkin itu ada benarnya.
Tak selamanya kecerdasan mampu menolong seseorang lepas dari
beban penderitaan, tak selamanya adanya relasi sanggup menawarkan alternatif
terbaik sebuah perubahan, tak selamanya impian yang kuat mampu menguatkan
pemiliknya untuk meraihnya.
Lagi-lagi karena semata di sudutkan kenyataan. Banyak hal di
luar diri kita yang benar-benar di luar kekuasaan dan kemampuan kita untuk
merubahnya.
Ada yang bilang itulah saat Tuhan sedang menunjukkan
kekuasaan-Nya, di mana pada haqiqatnya manusia itu lemah, manusia itu tidak
punya daya upaya apa-apa selain yang di idzinkan dan di ridhai-Nya untuk
terjadi.
Sudah lama saya mendengar ungkapan bernada nyinyir yang
isinya “hidup tak semudah cocotnya ***** *****” hahaha, suka mau ketawa kalau
ingat kata-kata itu. Kasar tapi memang itulah realitanya.
Kabar baiknya walaupun kenyataan sudah mati-matian
menyudutkan kita, toh akan selalu ada sesuatu yang akhirnya membuat kita
tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.
Hal ini yang terkadang masih menguatkanku untuk tetap
berdiri tegap dengan satu keyakinan. “tak ada beban yang overdosis”, demikian
kata-kata aa gym senantiasa terngiang di telingaku yang mengingatkanku pada
ayat “laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa”.
Yaah catatan kosong yang mungkin tak bernilai ini hanyalah
coretan iseng, pelepas kepenatan hidup yang lebih tepat di sebut... di sudutkan
kenyataan.
Bandarlampung, sabtu dini hari. 21 juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar