Rabu, 13 Agustus 2014

DI SUDUTKAN KENYATAAN

Mozilla firefox telah kututup, otomatis aku offline dari dunia maya bernama facebook setelah meluangkan waktu melike back teman-teman di facebook yang telah mampir likenya di status-statusku, kubuka new dokumen. Menonaktivkan touchpad dan mulai mengetikkan kata demi kata di lembaran putih microsoft word.

Saat kepala sedang di landa kebuntuan, sementara hati kecil ingin sekali menulis sesuatu, maka segalanya mulai mengalir begitu saja.

Keluar kata demi kata tanpa arah tujuan, mungkin hanya akan menjadi satu catatan yang tak pernah di baca siapa pun, karena toh isinya tidak menarik perhatian.

Kepalaku sendiri sedang terasa sakit, tetapi bukan sakit pada umumnya yang bila di minumkan paramex setablet langsung hilang, rasanya ini jenis sakit kepala yang berbeda.

Buah dari sikap bertahan dari tekanan, yang mana dengan bertahan akan terasa sakit sekali tetapi tak ada kemampuan untuk melawan apalagi berlari.

Seperti kata-kata yang ada dalam sebuah lagu milik padi “aku merasa di sudutkan kenyataan”. Mungkin itu ada benarnya.

Tak selamanya kecerdasan mampu menolong seseorang lepas dari beban penderitaan, tak selamanya adanya relasi sanggup menawarkan alternatif terbaik sebuah perubahan, tak selamanya impian yang kuat mampu menguatkan pemiliknya untuk meraihnya.

Lagi-lagi karena semata di sudutkan kenyataan. Banyak hal di luar diri kita yang benar-benar di luar kekuasaan dan kemampuan kita untuk merubahnya.

Ada yang bilang itulah saat Tuhan sedang menunjukkan kekuasaan-Nya, di mana pada haqiqatnya manusia itu lemah, manusia itu tidak punya daya upaya apa-apa selain yang di idzinkan dan di ridhai-Nya untuk terjadi.

Sudah lama saya mendengar ungkapan bernada nyinyir yang isinya “hidup tak semudah cocotnya ***** *****” hahaha, suka mau ketawa kalau ingat kata-kata itu. Kasar tapi memang itulah realitanya.

Kabar baiknya walaupun kenyataan sudah mati-matian menyudutkan kita, toh akan selalu ada sesuatu yang akhirnya membuat kita tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.

Hal ini yang terkadang masih menguatkanku untuk tetap berdiri tegap dengan satu keyakinan. “tak ada beban yang overdosis”, demikian kata-kata aa gym senantiasa terngiang di telingaku yang mengingatkanku pada ayat “laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa”.

Yaah catatan kosong yang mungkin tak bernilai ini hanyalah coretan iseng, pelepas kepenatan hidup yang lebih tepat di sebut... di sudutkan kenyataan.


Bandarlampung, sabtu dini hari. 21 juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar